News Letter

5-kekurangan-mobil-listrik-nomor-4-jadi-pertimbangan-penting-bnx

Indonesia dan Perlombaan Perkembangan Industri Kendaraan Listrik di Asia Tenggara

Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (Gaikindo) baru saja menyelesaikan perhelatan akbar Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) pada 11-21 Agustus 2022 lalu. Acara tersebut merupakan salah satu pameran produk otomotif terbesar di Indonesia atau bahkan di Asia Tenggara setelah Thailand, dan beberapa kali juga digunakan oleh berbagai prinsipal otomotif untuk peluncuran global kendaraan barunya. Hal menarik dalam perhelatan tahun ini adalah dengan semakin banyaknya kendaraan listrik yang dipajang di acara tersebut. Terdapat lebih dari 15 kendaraan listrik yang dipamerkan dan siap dipasarkan di Indonesia (Kurniawan, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya tingginya minat pasar Indonesia terhadap kendaraan listrik, namun juga antusiasme industri otomotif untuk membawa teknologi baru tersebut ke pasar negara berkembang.

Fenomena tersebut juga terlihat dari keseriusan pengembangan industri kendaraan listrik di dalam negeri. Dimulai dari pengembangan dan penjualan kendaraan motor listrik, baik oleh perusahaan start-up seperti Gesit hingga perusahaan motor yang lebih besar seperti Viar (Abdurachman, 2019) atau bahkan industri elektronik Polytron (Raherdian, 2021). Di sisi lain, investasi asing untuk pengembangan basis produksi kendaraan listrik juga terus bergulir. Tercatat Hyundai dan LG Energy Solution telah berinvestasi Rp. 15,9 triliun untuk pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia (Daniel, 2021). Selain itu, Hyundai juga telah berinvestasi sebesar US$ 1,15 miliar guna pengembangan perakitan kendaraan, termasuk kendaraan listrik (Sinaga, 2021). Di sisi lain, Toyota juga tidak ketinggalan dengan komitmennya untuk berinvestasi hingga Rp. 27 triliun dalam pengembangan kendaraan listrik di Indonesia (Sandi, 2022).

Selain Indonesia, di Asia Tenggara sendiri telah ada beberapa negara yang memiliki fokus dalam pengembangan industri serupa. Sebagai produsen otomotif terbesar di kawasan, Thailand juga terus berupaya menarik investasi untuk pengembangan teknologi kendaraan listrik dengan berbagai insentif yang ditawarkan pemerintah. Hal ini juga didukung dengan target peningkatan stasiun pengisian daya serta peningkatan kapasitas produksi kendaraan listrik yang mencapai 750.000 unit di 2030 (Bangkok Post, 2022). Malaysia sebagai produsen otomotif terbesar ketiga di kawasan juga telah mengumumkan keberhasilannya dalam menggandeng Volvo untuk membuka fasilitas perakitan kendaraan listrik di negara tersebut, sebagai pionir dalam produksi mobil listrik di industri otomotif domestiknya (MIDA, 2022).

Apabila kita melihat dari sisi yang lebih luas, pengembangan industri kendaraan listrik merupakan fenomena yang terjadi di berbagai kawasan di dunia. Semakin meningkatnya kekhawatiran akan dampak polusi karbon dari alat transportasi dan diikuti dengan terus meningkatnya standar emisi yang ditetapkan oleh berbagai negara di dunia membuat peralihan teknologi yang lebih ramah lingkungan semakin tidak terelakkan, tak terkecuali di produk otomotif. Kendaraan listrik pun menjadi salah satu alternatif yang paling menarik mengingat penyediaan infrastruktur yang relatif lebih mudah dibangun dengan memanfaatkan infrastruktur dan sumber daya yang telah tersedia (mulai dari fasilitas perakitan kendaraan hingga penyediaan infrastruktur pengisian daya kendaraan). Dengan pergeseran tren tersebut, pengembangan teknologi industri otomotif untuk kendaraan listrik semakin tidak terelakkan untuk tetap dapat relevan dan bersaing dalam pasar otomotif domestik, regional, maupun global.

Bagi pemerintah Indonesia, pengembangan teknologi dan industri kendaraan listrik merupakan suatu hal mutlak yang tidak dapat dilewatkan. Sebagai produsen otomotif terbesar kedua di kawasan, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mendorong pengembangan basis produksi kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara. Hal ini dimulai dengan hal pertama, yaitu besarnya pasar domestik yang dimiliki oleh Indonesia. Dengan kemampuan penyerapan pasar terhadap produk mobil yang berkisar 1 juta unit tiap tahunnya, tentu ini merupakan potensi yang sangat besar. Hal ini belum termasuk dengan rasio kepemilikan kendaraan yang masih rendah, yaitu berkisar 99:1000, yang menunjukkan potensi pasar yang sangat besar untuk dikembangkan. Kedua, keberadaan industri otomotif yang telah lama beroperasi dan berkembang di Indonesia memberikan fondasi kuat, mengingat Indonesia tidak perlu mengembangkan industri ini dari awal. Industri hanya perlu mendapat dorongan untuk adanya transfer teknologi produksi teknologi baru serta pengembangan supplier komponen yang dibutuhkan untuk produksi kendaraan listrik. Ketiga,  Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia, yang mana merupakan salah satu bahan utama dalam produksi baterai kendaraan listrik. Pemerintah bahkan telah mengesahkan peraturan pembatasan ekspor bijih nikel demi menekan produsen otomotif untuk berinvestasi baterai kendaraan listrik di Indonesia, yang mana merupakan komponen termahal dalam mobil listrik.

Meski begitu, Indonesia tidak boleh lengah terhadap persaingan yang lebih ketat dari negara-negara tetangga. Terdapat beberapa tantangan yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Yang pertama adalah terkait dengan daya beli masyarakat Indonesia terhadap kendaraan listrik yang belum begitu besar. Harga yang terpaut jauh dengan harga rata-rata mobil yang terjual membuat banyak yang masih belum bisa menjangkaunya. Tercatat hingga saat ini jumlah mobil listrik masih kurang dari 1% dari total mobil yang terjual di Indonesia. Mengingat industri otomotif domestik yang masih sangat bergantung dengan pasar nasional, perlu ada insentif pembelian, penyediaan infrastruktur pengisian daya, dan dorongan lainnya guna meningkatkan penyerapan mobil listrik di pasar domestik. Kedua, masih didominasinya komponen impor dalam mobil listrik. Yang dapat diproduksi di dalam negeri, hanya berkisar 40% dari total komponen (Kemenperin RI, 2022). Masih jauh, dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak yang mampu mencapai hingga lebih dari 80% komponennya. Oleh sebab itu, perlu ada upaya percepatan peningkatan persentase komponen lokal dengan mendorong pengembangan supplier komponen maupun investasi asing di berbagai sektor pendukung lainnya guna memastikan dominasi Indonesia pada sektor industri ini di kawasan. Ketiga, dengan perlombaan industri baterai untuk menciptakan solid-state battery, teknologi baterai yang tidak memiliki kandungan kobalt dan nikel (Chant, 2022), Indonesia juga perlu menyiapkan strategi pengembangan industri mobil listrik nasional yang berbasis pada pembatasan ekspor bijih nikel, dan mulai mendorong pengembangan teknologi industri baru tersebut begitu teknologi tersedia untuk diakses, maupun dengan pengembangan teknologi komponen mobil listrik lainnya yang belum dimiliki Indonesia. Keempat, Indonesia juga perlu untuk memastikan industri mobil listrik domestiknya tetap dapat bersaing secara kompetitif dengan industri serupa di negara-negara tetangga. Thailand dan Malaysia tercatat telah memberlakukan kebijakan-kebijakan yang memberikan insentif tidak hanya bagi industri mobil listrik, namun juga pada konsumen domestiknya dengan pemberian insentif pembelian kendaraan listrik serta proyek pengembangan infrastruktur pengisian kendaraan listrik. Bahkan Vinfast, perusahaan otomotif asal Vietnam, menjalankan strategi yang berbeda dengan menyasar langsung pasar mobil listrik Amerika Serikat dan Eropa (Honishi, 2022), tanpa bergantung pada pasar domestik atau regional, untuk memastikan penguatan reputasi dan kepastian pasar bagi produknya yang memiliki harga relatif lebih tinggi dibandingkan mobil konvensional yang mendominasi pasar Asia Tenggara.

Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangan industri kendaraan listrik domestiknya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai potensi untuk memastikan pengembangan tersebut berjalan sesuai yang direncanakan. Meski begitu, Indonesia juga perlu memastikan bahwa rencana yang dibangun berbasis pada jangka panjang. Hal ini tidak hanya dilihat dari penguasaan teknologi serta kapabilitas produksinya saja, namun juga perlu melihat apakah kelanjutan teknologi yang sedang dikembangkan di dalam negeri seiring dengan pengembangan teknologi berikutnya di masa depan. Selain itu, Indonesia juga perlu mengembangkan strategi yang lebih inovatif di dalam mendorong pengembangan industri kendaraan listriknya, yang tidak hanya berbasis pada pasar domestik maupun regional, namun juga berbasis pada upaya mengakses pasar regional lain guna menjamin keberlangsungannya di masa mendatang.

Daftar Pustaka

Abdurachman, A. (2019, April 29). https://www.cnbcindonesia.com/news/20220727105429-4-358928/serius-dengan-mobil-listrik-toyota-investasi-rp-27-t-di-ri. Retrieved from Liputan 6: https://www.liputan6.com/otomotif/read/3952755/motor-listrik-gesits-vs-viar-q1-pilih-yang-mana

Bangkok Post. (2022, Juni 6). Inside Thailand’s EV Revolution. Retrieved from Bangkok Post: https://www.bangkokpost.com/business/2321562/inside-thailands-ev-revolution

Chant, T. d. (2022, September 4). Nissan, NASA Aim to Ditch Rare, Pricey Metals in Solid-State Batteries. Retrieved from Arstechnica: https://arstechnica.com/cars/2022/04/nissan-nasa-aim-to-ditch-rare-pricey-metals-in-solid-state-batteries/

Daniel, W. (2021, Juli 21). Hyundai & LG Investasi Pabrik Baterai EV Rp15,9 T di Karawang. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210729111149-4-264555/hyundai-lg-investasi-pabrik-baterai-ev-rp159-t-di-karawang

Honishi, T. (2022, Juli 26). Vietnam’s Vingroup Strikes Tech Deals to Take EV Business Global. Retrieved from Nikkei Asia: https://asia.nikkei.com/Business/Automobiles/Vietnam-s-Vingroup-strikes-tech-deals-to-take-EV-business-global

Kemenperin RI. (2022, April 22). Detail Sertifikat TKDN PT. Hyundai Motor Manufacturing Indonesia. Retrieved from Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri: http://tkdn.kemenperin.go.id/sertifikat.php?id=grc664hc0uk7hxZbC1ZQDMm2rmw7vHDKHDnvQWhokeg,

Kresnawan, G. (2022, September 12). Kandungan Dalam Negeri Ioniq 5 dan AirEV Capai 40%. Retrieved from Momotrik: https://momotrik.com/artikel/ioniq-5-air-ev-tkdn

Kurniawan, R. (2022, Agustus 14). Daftar Mobil Listrik yang Bisa Dites di Dalam Ruang Pameran GIIAS 2022. Retrieved from Kompas.com: https://otomotif.kompas.com/read/2022/08/14/074100515/daftar-mobil-listrik-yang-bisa-dites-di-dalam-ruang-pameran-giias-2022

MIDA. (2022, Maret 18). Volvo Car Malaysia Announced to Produce Its First Assembled Electric Vehicle in Malaysia. Retrieved from Malaysian Investment Development Authority (MIDA): https://www.mida.gov.my/media-release/volvo-car-malaysia-announced-to-produce-its-first-assembled-electric-vehicle-ev-in-malaysia/

Raherdian, R. (2021, Desember 23). Polytron Luncurkan Motor Listrik Evo Electric, Harganya Rp 28 Juta. Retrieved from Tempo: https://otomotif.tempo.co/read/1542478/polytron-luncurkan-motor-listrik-evo-electric-harganya-rp-28-juta

Sandi, F. (2022, Juli 27). Serius dengan Mobil Listrik, Toyota Investasi Rp 27 T di RI. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20220727105429-4-358928/serius-dengan-mobil-listrik-toyota-investasi-rp-27-t-di-ri

Sinaga, G. E. (2021, Desember 22). Hyundai Dorong Investasi Kendaraan Listrik di Indonesia. Retrieved from Berita Satu: https://www.beritasatu.com/archive/870479/hyundai-dorong-investasi-kendaraan-listrik-di-indonesia

Facebook
Twitter
LinkedIn
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

OFFICE

Faculty of Psychology and Socio-Cultural Sciences UII Kaliurang St Km. 14,5, Krawitan, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55584

FOLLOW OUR ACTIVITY

Hak Cipta 2024 | Institute for Global and Strategic Studies (IGSS)